Senin, 11 Agustus 2014

Serba Serbi

Mengenang 17 Tahun Kematian Lady Diana

Lady Diana (Foto:Telegraph)
Lady Diana

London-Iman,
 Hari ini 17 tahun yang lalu, Lady Diana tewas dalam kecelakaan mobil di Paris, Prancis. Putri berhati emas itu layak untuk dikenang karena sepanjang hidupnya didedikasikan untuk melakukan beragam kegiatan sosial. Dan yang pasti, dia cintai rakyat Inggris, juga masyarakat dunia.

Lady Diana atau Putri Diana, lahir dengan nama lengkap Diana Frances Spencer, pada 1 Juli 1961, di Park House Sandringham Estate, Sandringham, Norfolk, wilayah utara Inggris.

Diana terlahir dari sebuah keluarga Inggris aristokrat dengan keturunan bangsawan serta Raja. Diana adalah anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya, Edward John Spencer, adalah keturunan langsung Raja Charles II. Sedangkan, ibunya, Frances Ruth Roche Roche "Viscountess Althorp," merupakan putri dari Baron Fermoy, bangsawan Irlandia yang juga keturunan bangsawan Amerika Frances Works. Diana mendapat gelar Lady Diana Spencer ketika ayahnya mewarisi gelar "Earl Spencer" ke-8.

Masa Muda

Keluarga besar Diana memiliki hubungan erat dengan keluarga kerajaan selama beberapa generasi. The Spencer berharap anak laki-lakinya dapat melanjutkan garis keluarga. Namun, gelar Lady Diana Spencer akhirnya jatuh ke tangannya. Diana dibaptis di Gereja Magdalena Mary St, Sandringham, oleh Percy Herbert. Dia memiliki tiga saudara kandung yaitu Lady Sarah McCorquodale, Cynthia Jane Fellowes, dan Charles Spencer (Earl Spencer ke-9). Dia juga memiliki saudara bernama John, yang meninggal satu tahun sebelum Diana dilahirkan. Saat Diana berusia 8 tahun, orangtuanya bercerai. Hal tersebut dikarenakan ibunya selingkuh dengan lelaki bernama Peter Shand Kydd. Diana kemudian diasuh oleh sang ayah. Ayahnya kemudian menikah lagi dengan Raine, Countess Dartmouth.

Pada 1968, Diana mengenyam pendidikan pertama di sekolah di Riddlesworth Hall School, sebuah sekolah asrama untuk perempuan di Norfolk. Namun, Diana bukanlah murid dengan prestasi cemerlang. Diana kemudian pindah ke West Heath Girls's School (kini berganti nama menjadi The New School at West Heath) di Sevenoaks, Kent. Di sana, Diana juga dikenal sebagai siswi yang menyedihkan. Diana bahkan gagal dalam tes O-level (ujian untuk mendapat sertifikat pendidikan di Inggris) sebanyak dua kali. Diana memang tidak pandai dalam akademis, tapi ia memiliki bakat yang luar biasa dalam bermusik. Ia diakui sebagai pianis handal di sekolahnya dan mendapat penghargaan. Diana juga pandai berolahraga. Ia unggul dalam renang dan menyelam. Ketika kecil, Diana sempat berkeinginan menjadi ballerina profesional dan bergabung dengan Royal Ballet. Ia sempat belajar menari balet, namun tubuhnya terlalu tinggi untuk seorang balerina. Dia meninggalkan sekolah balet. Cita-citanya pun kandas.



Pada 1977, Diana meninggalkan West Heath dan bersekolah di Institut Alpin Videmanette, sebuah sekolah di Swiss yang mengedepankan pelajaran budaya dan sosial. Di sinilah sepertinya Diana menemukan dunianya. Diana sangat menikmati setiap kegiatan sosial yang diadakan sekolahnya. Itulah yang membuat Diana sangat peka pada kehidupan sosial masyarakat. Diana juga memiliki minat besar pada anak-anak. Setelah menyelesaikan sekolah di sana, Diana kembali ke London.

Pada 1978, Diana kembali ke London dan tinggal di apartemen ibunya, karena selama ini ibunya menghabiskan waktu di Skotlandia. Kemudian, sang ibu membeli apartemen Coleherne Court di Earls Court, London, seharga 100 ribu poundsterling untuk hadiah ulang tahun Diana ke-18. Diana tinggal di apartemen tersebut hingga 1981 bersama tiga orang teman. Diana kemudian mengambil kursus memasak lanjutan atas saran sang ibu, tapi ia tidak berbakat dalam hal tersebut. Diana juga sempat bekerja sebagai instruktur tari untuk remaja, hingga sebuah kecelakaan saat bermain ski membuatnya harus beristirahat selama tiga bulan. Diana sempat melakukan pekerjaan bersih-bersih untuk kakaknya, Sarah, dan beberapa temannya, dan menjadi nyonya di pesta-pesta.

Pekerjaan pertama Diana didapat ketika ia berusia 17. Saat itu, Diana menjadi pengasuh Alexandra, putri dari Mayor Jeremy Whitaker dan istrinya, Philippa. Kakak dari Phillipa, William, adalah teman dekat Diana. Diana juga sempat menghabiskan waktu untuk menjadi pengasuh anak-anak dari keluarga asal Amerika yang tinggal di Inggris. Kemudian, Diana bekerja sebagai asisten di sebuah playgroup di Inggris. Saat itu, Diana akrab dengan Prince Andrew dan Edward (adik dari pangeran Charles), putra dari Ratu Elizabeth 2. Ketika sibuk dengan kegiatan sosialnya, saat itulah Diana bertemu dengan Pangeran Charles, yang ketika itu sedang dekat dengan kakak pertama Diana, Sarah.

Pernikahan

Di usia ke-30, Pangeran Charles yang dikenal playboy, mendapat tekanan keluarga untuk segera menikah. Pasalnya, ia adalah pewaris tahta kerajaan Inggris karena merupakan anak pria pertama, dan tentunya harus mendapatkan perempuan yang sempurna untuk dijadikan istri. Prince Charles yang menaruh hati kepada Diana, kemudian mencoba mengajak Diana mengikuti berbagai kegiatan kerajaan. Pada November 1980, Pangeran Charles mengajak Diana untuk menghadiri undangan kerajaan Balmoral (kediaman keluarga kerajaan Skotlandia) dan berlayar dengan kapal kerajaan. Diana pun mengatakan bahwa ia memiliki akhir pekan yang sangat indah karena bisa pergi dengan keluarga kerajaan Inggris. Sejak itu, Diana diterima dengan sangat baik oleh Ratu Elizabeth II dan juga seluruh keluarganya di istana. Pangeran Charles kemudian melamar Diana pada Februari 1981. Diana pun menerima cincin pertunangan yang dihiasi berlian dan batu saphir yang cantik tersebut. Namun, pertunangan mereka dirahasiakan hingga beberapa minggu ke depan.

Pertunangan mereka diresmikan pada 24 Februari 1981. Setelah bertunangan, Diana meninggalkan pekerjaannya di playground dan tinggal di Clarence House untuk sementara waktu. Diana kemudian tinggal di Istana Buckingham (Buckingham Palace) sampai hari pernikahan tiba.

Gadis berusia 20 tahun itupun akhirnya resmi menjadi Princess of Wales ketika menikah dengan Prince Charles pada 29 Juli 1981 di Gereja St. Paul. Orang-orang menganggap kisah Diana seperti dongeng. Pernikahannya disiarkan di televisi seluruh dunia, disaksikan lebih dari 750 juta orang, dan 600 ribu orang berkerumun di jalan untuk melihat Lady Dana di upacara pernikahannya. Saat itu, Diana memakai gaun pernikahan sepanjang 8 meter seharga 9.000 poundsterling. Gaun pernikahan tersebut akhirnya menjadi tren di masa itu.



Keduanya melangsungkan bulan madu di Mountbatten, Hampshire, sebelum berlayar ke Gibraltar melalui Mesir. Mereka juga mengunjungi Tunisia, Sardinia, dan Yunani. Mereka menghabiskan bulan madu di Balmoral. Dari pernikahan tersebut, Diana mendapat gelar Duchess of Rothesay, Countess of Chester dan Baroness of Renfrew. Diana lalu melahirkan dua putra bernama William Arthur Philip Louis (Pangeran William) dan Henry Charles Albert David (Pangeran Harry).

Setelah bergelar Putri, Diana banyak melakukan berbagai kegiatan amal. Diana dikenal rajin menggalang dana untuk berbagai badan amal internasional. Atas kegiatannya itu, dia mendapat pengakuan atas pekerjaan amal dan atas dukungannya terhadap "International Campaign to Ban Landmines" (Kampanye Internasional Anti Ranjau Darat). Diana juga dikenal sangat peduli dengan penderita HIV/AIDS di seluruh dunia dan tidak ragu bersalaman dengan mereka. Di samping puluhan kegiatan amal lainnya, Diana menjadi presiden dari "Great Ormond Street Hospital" untuk anak-anak pada 1989.

Diana menjadi obyek yang paling diburu media di seluruh dunia selama menjadi Putri Inggris. Ia menjadi orang yang paling disayang oleh masyarakat Inggris pada abad 20. Para media juga begitu mencintai Diana, bahkan hingga pernikahannya berujung pada perceraian pada 28 Agustus 1996.

Perceraian

Selang beberapa tahun setelah pernikahannya, mulai muncul benih-benih keretakan rumah tangga Diana dengan Pangeran Charles. Dikabarkan, Pangeran Charles tengah berpaling dari Diana. Ia kembali berhubungan dengan cinta pertamanya, Camilla Parker Bowles.

Ketakutan Diana akan bayang-bayang Camilla sudah terjadi sejak pernikahan dengan Charles belum digelar. Dia menyimpan keraguan tentang cinta Charles kepadanya. Pasalnya, Charles dan Camilla telah bersahabat sejak kecil. Diana memiliki ketakutan atas hadirnya Camilla dalam rumah tangganya. Tapi, kenyataan pahit harus ditelan Diana. Dia justru menemukan paket kalung dengan liontin berinisial "F" dan "G", Fred dan Gladys, nama kecil Charles dan Camilla.

Beberapa tahun kemudian, setelah pernikahan mereka retak, kekecewaan Diana baru terungkap. ''Saat setengah jalan menuju altar gereja, saya sebenarnya ingin berbalik, tapi sudah terlalu terlambat,'' ujar Diana seperti dituturkan salah satu astrologer pribadi dan penasihatnya, Penny Thornton, pada 1995. Diana memutuskan melanjutkan pernikahan setelah melihat wajah Charles di antara penutup wajahnya. Timbul keyakinan dalam dirinya, cinta Charles hanya untuknya, dan Camilla hanyalah bagian dari masa lalu.



Bertahun-tahun kemudian, kekhawatiran Diana menjelma nyata. Charles terus berhubungan dengan Camilla dan memakai barang-barang pemberian Camilla. Hal tersebut membuat Diana depresi dan akhirnya menderita bulimia. Berat badannya turun drastis. Bahkan, Diana pernah mencoba melukai diri sendiri dan melakukan percobaan bunuh diri. ''Bila Anda merasa tak seorang pun mendengarkan Anda, hal-hal seperti itu akan terjadi,'' jelas Diana saat diwawancarai BBC, November 1995. Tidak lama setelah retaknya rumah tangga mereka, Diana akhirnya juga memiliki pria lain, yaitu Dodi Al-Fayed, putra milyuner Mohamed Al-Fayed yang beragama muslim.

Harapan dan sekaligus "kepercayaan" yang diberikan oleh masyarakat dunia agar Diana dan Charles bahagia selamanya tidak mampu dipertahankan. Perpisahan pasangan itu diumumkan oleh Perdana Menteri Inggris John Major pada 9 Desember 1992. Pada 28 Agustus 1996, keduanya benar-benar berpisah. Dalam sebuah jajak pendapat, banyak orang menaruh simpati kepada Diana dibanding Prince Charles pascaperceraian. Pada 2005, hubungan Prince Charles dengan cinta pertamanya berhasil diwujudkan. Ia akhirnya menikahi Camilla.

Kematian

Pada 31 Agustus 1997, Diana bersama Dody beserta sopirnya, Henri Paul dan bodyguard Trevor Rees Jones, mengendarai mobil mercedes benz menuju Paris melintasi terowongan Pont de l'Alma. Mobil mereka dikejar-kejar paparazzi yang akhirnya membuat mobil Diana kehilangan kendali dan menabrak pilar ke-13 yang menjadi dinding terowongan tersebut. Pada kecelakaan yang terjadi pukul satu dini hari itu, Dody dan sopir tewas di tempat. Sedangkan, Diana sempat sempat dilarikan ke rumah sakit dan menjalani operasi. Namun sayang, pada jam empat subuh Diana dinyatakan tewas.



Yang mengherankan adalah bodyguard selamat dan tak mengalami cedera serius. Ayah Dodi yang merasa curiga dengan kecelakaan tersebut menuduh bahwa kematian anaknya dan Diana bukanlah kecelakaan, melainkan dibunuh. Ia menuding ada sejumlah konspirasi yang dilakukan keluarga kerajaan Inggris atas perintah The Duke of Edinburg, Phillip.



Keesokan harinya ketika berita kematian putri cantik itu tersiar, dunia sangat berduka. Banyak yang merasa kehilangan sosok wanita yang murah senyum dan sopan itu. Putri cantik yang baik hati itu pergi untuk selama-lamanya. Jenazah Putri Diana dimakamkan di Althorp, Northamptonshire, Inggris, 6 September 1997, seminggu setelah disemayamkan. Upacara pemakaman Diana disiarkan langsung di seluruh stasiun televisi dunia dan disaksikan oleh hampir 1,5 miliar penduduk bumi. (Berbagai sumber)


Umat Muslim Palestina,
Sholat Idul Fitri Di Gereja


Umat muslim palestina sholat idul fitri di gerejaIdul Fitri tahun 2014 ini sejatinya menjadi hari yang bahagia bagi umat muslim di seluruh dunia. Selain kumpul bersama keluarga, ada kegiatan saling memberi ucapan idul fitri atau ucapan lebaran, bahkan ada yang menyempatkan untuk mengirim gambar lebaran.
Namun kebahagiaan di hari lebaran 2014 kali ini tidak dirasakan oleh warga Gaza, dimana setiap hari mereka harus merasakan getirnya hidup tatkala harus menghadapi agresi militer Israel.
Peperangan antara Israel dengan Hamas menghasilkan ketakutan bagi warga sipil Palestina, namun ada sedikit kedamaian yang dirasakan oleh umat muslim Palestina di Gaza. Warga Gaza menemukan sedikit kedamaian pada akhir bulan suci Ramadan dengan melaksanakan salat di sebuah gereja umat Kristen di tengah gempuran bom Israel dan tumpahan darah korban serangan Israel tersebut.
Seorang warga Gaza, Mahmud Khalaf, mengatakan bahwa mengatakan komunitas Kristen di Gereja Saint Porphyrius mengundangnya untuk beribadah di dalam gereja. Gereja itu juga menjadi tempat pengungsian bagi Khalaf dan keluarga setelah bom Israel meledakkan wilayah tempat tinggalnya di Shaaf, Gaza.
Kalaf pun bercerita, pada saat memasuki gereja, umat Nasrani akan menyambut para muslim dengan ucapan marhaban atau selamat datang. Menurut Khalaf, dia telah mengungsi selama dua pekan di gereja itu. Ritual puasa pada Ramadan pun dilakukannya di sana. Ia sebelumnya tidak mengenal satu orang pun umat Kristen di sini, tapi kini mereka telah menjadi saudara.
Kalaf juga mengatakan bahwa umat Nasrani di gereja tersebut sangat menghormati warga muslim. Umat Kristen tentunya tidak berpuasa. Namun mereka menghormati kami dengan tidak makan dan minum di depan warga muslim yang saat itu menjalankan ibadah puasa. Mereka juga tidak merokok saat berada di sekitar warga muslim yang sedang puasa. (Red)

Mengenal Ajaran Sosial Gereja 
Lewat Festival Film Cana


Pusat Gereja Katolik Singapura berbagi ajaran sosial gereja melalui film dokumenter lewat Festival Film Cana. Kegiatan ini merupakan kerja sama dari putri-putri St.Paulus dan Cana Catholic Centre di Singapura. Cana Catholic Centre sendiri merupakan tempat berkumpul umat Katolik di Singapura untuk berbagi, saling mendukung, tempat belajar dan bertumbuh dalam semangat kasih, sukacita dan damai dengan semua orang.
Dalam acara ini Winifred Loh, Ketua Festival Film Cana menjelaskan, “Festival Film Cana adalah sebuah platform untuk film dokumenter, film pendek dan film feature independen bagi umat Katolik, keluarga dan teman-teman agar lebih mengenal media dan ajaran sosial Gereja.”
Tujuannya adalah agar umat Katolik mengetahui esensi dari misi sosial gereja dan peran iman dalam kehidupan. Sasaran kegiatan ini ditujukan bagi anak-anak dan orang dewasa. Bukan hanya karya dari Singapura yang ditunjukkan, termasuk film dari Australia, India, Iran, Belgia, Indonesia, Lithuania, dan Turki. Terutama yang mengandung sepuluh pokok ajaran sosial gereja seperti martabat manusia, keadilan, subsidiaritas, partisipasi, kesejahteraan umum, berpihak kaum miskin, solidaritas, martabat kerja, martabat penciptaan dan mendukung perdamaian.
Winifred sangat bersyukur dengan antusias yang ditunjukkan, baik dari insan perfilman dan umat Katolik setempat. Melalui film ini dia juga berharap agar penonton bisa tersentuh dan terinspirasi lewat pesan yang tersirat. “Bahkan jika para penonton melakukan dengan refleksi pribadi dan doa, itu adalah benih perubahan. Dalam banyak kasus, film ini sebagai perspektif alternatif untuk membuka pikiran penonton,” ungkapnya. Persoalan yang dihadapi umat Katolik saat ini menurut Winifred sangat kompleks. Diantaranya adalah materialisme yang meningkat, perceraian, kesenjangan sosial, serta perubahan isu sosial.
Pendekatan kepada umat Katolik ini sangat kreatif. Pesan dari Tuhan bisa juga diterima lewat film, sehingga banyak kalangan yang bisa terinspirasi dan menjadi bahan perenungan yang sesuai dengan keadaan nyata yang terjadi di masa kini. (Red)

Tangisan Paus Fransiskus, Untuk Tragedi Kemanusiaan Di Suriah


Suatu pagi di Casa Santa Marta, Italia; ketika itu ada Misa Jumat pagi di Katedral Kota. Kali ini, terasa luar biasa, karena pengkhotbahnya adalah Bapa Suci, Paus Fransiskus. Bapa Suci membaca teks Perjanjian Baru, dari Kisah Para Rasul pasal 5 ayat 34-42; intinya,” … murid-murid Yesus yang dicambuki Dewan Sanhedrin Yahudi. Murid-murid Yesus dipaksa untuk tidak mewartakan Yesus, …”
Komentar Bapa Suci, “Hal itu terjadi karena, mereka iri pada Yesus dan tidak bisa menerima orang-orang mengikuti-Nya. Mereka tidak bisa mentolerir kelemahlembutan Yesus, tidak bisa mentolerir kelemahlembutan dari Injil , dan tidak bisa mentolerir cinta, ….” Di samping itu, melalui Khotbahnya, Paus Fransiskus, juga menanggapi tragedi kemanusiaan yang terjadi di Syria. Paus Fransiskus, menyatakan bahwa:
“Saya menangis ketika saya melihat laporan berita tentang umat Kristen yang disalibkan di negara tertentu yang bukan Kristen. Hingga hari ini masih ada orang-orang yang membunuh dan menganiaya, dalam nama Tuhan.
Di lain pihak kita umat Kristiani sebenarnya justru semakin teguh beriman ketika mengalami penderitaan. Kita tahu bahwa banyak orang seperti para rasul yang bersukacita karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan dalam nama Kristus.
Tidak seperti pemerintahan Sanhedrin (Mahkamah Agama Yahudi, pen), Yesus tidak khawatir tentang berapa banyak orang yang mengikutinya, melainkan, Dia berbicara, Dia berkhotbah, Dia mencintai, menyertai dan berjalan dengan semua orang, dengan lemah lembut dan rendah hati. Dia mewartakan cinta, menghibur yang sedih, menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, mengusir roh jahat dan memberikan pengampunan dosa”.
Ya, Paus Fransiskus menangis karena empati terhadap derita dan penderitaan sesamanya di Syria; dan bukan saja untuk mereka, namun yang terbunuh dan dibunuh karena kekerasan di sana. Kenyataannya, derita dan penderita, marah serta amarah, terbunuh, pembunuhan di Syria, kini nyaris tidak disorot oleh Media (mungkin sudah bosan!?), terus menerus terjadi.
Dari sebaran video, yang tak ada di youtube,  tentang kekerasan di Syria, memang sangat ekstrim dan brutal. Misalnya video yang ada di vidoevo.com dan shoebat.com (diriku tidak sarankan kepada anda untuk buka, apalagi anda termasuk lemah jantung), dan lain-lain, dengan jelas terlihat betapa menjijikan dan sadisnya para pembunuh. Bayangkan, orang, calon korban, dinaikkan ke truk, disuruh tidur dalam parit pasir yang di gali sendiri, mata mereka tidak ditutup, kemudian ditembak. Ada juga, korban, ditarik ke pinggir dermaga kayu di tepi sungai, kemudian ditembak dengan pistol, lalu di tendang ke dalam air sungai, sekejap air sungai merah berdarah, lalu lenyap. Ada yang masih berteriak-teriak dengan nada protes, sambil menyebut nama Sang Maha Tinggi, dengan sekejap terdiam, karena peluru menembus kepalanya. Menggerikan.
Setiap hari, ada saja gambar, foto, video baru tentang kebrutalan di sana; dan diriku yakin, bahwa hal-hal itu sampai ke Vatikan dan pemimpin-pemimpin dunia lainnya. Apa reaksi mereka!?
Kemarin, pada/dalam salah satu kelompok Bistond atau doa bersama di Jakarta, kelompok yang kecil, ada ibu-ibu yang berdoa untuk Syria, ia berdoa sambil menangis. Dalam kata-katanya, ia doakan keluarga korban, keluarga Kristen, Islam, Ortodox, dan Katolik, semunya. Banyak orang ikut terharu dan menangis dalam doa mereka.  Umat yang menangis.

Tragedi kemanusiaan di Syria, sepanjang pengetahuanku, lebih parah dari yang terjadi di abad modern; mereka membubuh dan melakukan pembunuhan, sambil diarsipkan melalui kamera dan kemudian disebarkan ke hadapan publik dunia. Banyak orang menjadi tahu; banyak pihak  bisa mengakses, namun cuma sedikit yang bereaksi. Ada yang mencela dan mengutuk, tapi tak sedikit yang memuji serta jadikan sebagai model perjuangan.

Adakah tangisan dunia terhadap tragedi kemanusiaan di Syria!? Di sana, sekarang ini, jarak antara kehidupan dan kematian begitu tipis; sahabatku dari Libanon menyatakan, karena kematian begitu dekat, menjadikan banyak orang terusir dari tanah tempat mereka lahir serta berpijak.

Adakah tangisan kita, tangisan umat, dan tangisan dunia terhadap mereka!? Mungkin, para pemimpin Dunia sudah bosan berkata-kata dan lelah menyerukan perdamaian, sehingga mereka diam serta membiarkan Syria tetap seperti itu!? Diriku sulit menjawab.

Akhir kata, saya ajak anda untuk jangan biarkan Paus Fransiskus menangis seorang diri jangan juga biarkan Kelompok Doa, Kelompok Majelis Taklim menangis dalam doa-doa mereka namun, kini dirimu tunduk dan berdoa sesuai iman, kepercayaan (kita, anda, dan saya) masing-masing.(Red)

1 komentar:

  1. KABAR BAIK! KABAR BAIK!

    Untuk mengenalkan diri dengan benar,
    Nama saya adalah ibu SUSAN dari [SUSAN BOWMAN LOAN COMPANY]

    Saya adalah pemberi pinjaman swasta, perusahaan saya memberikan pinjaman segala jenis dengan suku bunga 2% saja. Ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda, terapkan hari ini dan dapatkan pinjaman cepat Anda.

    Ada banyak di luar sana yang mencari peluang atau bantuan keuangan di seluruh tempat dan tetap saja, tapi mereka tidak dapat mendapatkannya. Tapi ini adalah kesempatan finansial di depan pintu Anda dan dengan demikian Anda tidak bisa melewatkan kesempatan ini.
    Layanan ini membuat individu, perusahaan, pelaku bisnis dan wanita.
    Jumlah pinjaman yang tersedia berkisar dari jumlah pilihan Anda untuk informasi lebih lanjut hubungi kami melalui email:

    Susanbowmanloancompany@gmail.com

    BalasHapus