GBI Mawar Saron, Kelapa Gading
Gereja Mawar Saron memiliki visi “Gereja Sel yang Apostolik dan Profetik”. Suatu visi yang besar dan luar biasa. Selain visi, Gereja Mawar Saron juga mempunyai sasaran (obyektif) jangka panjang yaitu 1000 gereja lokal yang kuat dengan 1.000.000 murid
Gereja Bethel Indonesia Jemaat Mawar Saron Jakarta adalah sebuah gereja yang berada dalam Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI), yang adalah anggota dari Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Dewan Pentakosta Indonesia (DPI), dan Persekutuan Injili Indonesia (PII).
GBI Mawar Saron Jakarta digembalai oleh Pdt. Dr. Jacob Nahuway, MA, yang adalah Ketua Umum Badan Pekerja Harian (BPH) GBI untuk periode 2008-2012. GBI Mawar Saron terletak di Jl. Hybrida Timur, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara.
GBI Mawar Saron Jakarta, dimulai pada bulan Februari 1979 di Gedung Gereja Bethel Indonesia Jl. Kwitang No. 2, Jakarta Pusat, dengan anggota dewasa 25-27 orang dan beberapa puluh anak Sekolah Minggu. GBI Jl. Kwitang ini merupakan jemaat yang telah berdiri sejak tahun 1968, kemudian diserahkan oleh Sinode GBI kepada Pdt. Jacob Nahuway untuk mengambil alih penggembalaan selanjutnya.
Dengan pertolongan Tuhan Yesus Kristus, maka dalam waktu tiga tahun jemaat bertambah menjadi hampir 400 orang sehingga pada tanggal 3 Januari 1982, ibadah hari Minggu ditingkatkan menjadi dua kali karena kapasitas gedung gereja, yang berukuran 7 m x 7 m, sudah tidak dapat menampung jumlah jemaat. Kemudian pada tanggal 14 November 1982, ibadah hari Minggu ditingkatkan menjadi tiga kali, yaitu pukul 06.00, 10.00, dan 16.30.
Seiring dengan bertabahnya jemaat, maka pada tanggal 20 April 1984, jemaat pindah ke gedung BALPERUM (Balai Pertemuan Umum) di Jl. Raden Saleh No. 28, Jakarta Pusat, yang memiliki kapasitas 1.200 orang. Kemudian pada tanggal 8 Juni 1986, ibadah Minggu di gedung Balperum ditingkatkan menjadi empat kali, yaitu pukul 06.00, 09.00, 13.00, dan 17.00.
Pada tanggal 20 Agustus 1990, jemaat pindah ke Gedung Sasana Dhaya Sakti, yang berlokasi di Jl. Matraman Raya No. 130-132, yang dapat menampung lebih dari 2.000 orang. Sejak pindah ke gedung ini, ibadah Minggu diubah menjadi tiga kali, yaitu pukul 06.00, 09.00, dan 17.00.
Semenjak berlokasi di Gedung Sasana Dhaya Sakti, GBI Mawar Saron mengalami banyak tantangan dan harus pindah ke berbagai gedung di berbagai lokasi di Jakarta, antara lain, Gedung Depsos, Gedung Granada, Gedung Arion, Hotel Indonesia, Yayasan Kasih Bersaudara, Gedung GOR Lokasari, dan Gedung Asemka Pasar Pagi Kota.
Oleh Anugerah Tuhan Yesus Kristus, pada tanggal 21 Desember 1992, GBI Mawar Saron membeli sebidang tanah seluas 9870 m di Jl. Hybrida Timur, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara. Kemudian dalam bulan April 1995, pembangunan gedung gereja dengan ukuran 20m x 65m mulai dibangun dan pada tanggal 18 Juli 1995 gedung gereja diresmikan oleh Pdt. David Yonggie Cho.
Hingga sekarang, di lokasi ini telah berdiri gedung gereja seluas 20 m x 60 m, dengan kapasitas 2000 orang, gedung kantor sekretariat lima lantai seluas 32 m x 32 m, gedung Sekolah Penginjil lima lantai seluas 18 m x 35 m, dan gedung Lembaga Pendidikan Mawar Sharon lima lantai. GBI Mawar Sharon juga telah membeli sebidang tanah, yang berdekatan dengan lokasi gereja, untuk menjadi tempat doa.
Pada tanggal 25 Februari 2003, GBI Mawar Sharon membangun gedung gereja dengan kapasitas 10.000 tempat duduk di lokasi yang sama. (Red)
Wujudkan Kasih Tuhan Bagi Sesama
Kegiatan pembagian sembako setiap tahun dilakukan oleh GBI Mawar Sharon. Tahun 2014 ini menjelang Idul Fitri lalu terbagi 150 paket kepada warga masyarakat sekitar Tanah Merah, termasuk para tukang ojek yang seringkali jasanya dipakai oleh jemaat yang melakukan ibadah, baik dari arah IGI juga dari arah masuk Kelapa Gading dari Pulomas.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk partisipasi dan wujud kasih gereja Mawar Sharon kepada warga masyarakat setiap menjelang Idul Fitri. Hal tersebut sebagai bentuk kepedulian dan partisipasi gereja untuk meringankan beban kebutuhan hidup bagi saudara-saudara kita yang beragama Islam dalam menyambut hari raya lebaran.
Acara yang baru-baru ini dilaksanakan, dibuka dengan sapaan hangat oleh Gembala Sidang Pendeta DR. Jacob Nahuway, MA yang didampingi Pdm. Yohannes Nahuway, M.Th, selaku Wakil Gembala.
Pada kesempatan itu, Pdt. Jacob mengingatkan kepada seluruh warga untuk bersama-sama tetap menjaga lingkungan yang baik dan aman. Sehingga semua warga dapat merasakan kedamaian bersama.
Pembagian diawali dengan memberikan kepada warga yang termuda dan yang tertua, dilanjutkan kepada warga lainnya. Warga yang turut ambil bagian pada acara tersebut semua pulang dengan ceria, tersenyum atas perhatian yang telah diberikan gereja. (Red)
Ciputra lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam penjara itu, ibunyalah yang mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi- pagi untuk mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke sekolah. Keluarga Ciputra hidup dari hasil ibunya berjualan kue kecil-kecilan.
Dengan bekal ketekunan dan kegigihan dalam belajar Ciputra berhasil masuk ke ITB dan memilih Jurusan Arsitektur. Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan dimana usaha awal ini merupakan tonggak dari kesuksesan Ciputra di masa depan dengan bendera Jaya Group.
Beberapa proyek yang dikelola oleh Ciputra merupakan proyek-proyek yang fenomenal. Siapa yang tidak tahu dengan Taman Impian Jaya Ancol yang merupakan visi Ciputra merubah lahan rawa menjadi suatu pusat rekreasi terbesar di Indonesia. Kawasan elit Pondok Indah juga merupakan ide Ciputra untuk membuat salah satu real estate elite pertama di Indonesia. Bersama para pebisnis raksasa lainnya Ciputra membentuk Metropolitan Group dan membangun suatu kawasan yang tadinya sama sekali tidak dilirik orang yaitu kawasan Serpong.
Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Bisa dibilang hasil jerih payah Ciputra selama ini hampir lenyap semua oleh hantaman krisis ekonomi yang melanda. Hutang yang menumpuk harus dihadapi oleh Ciputra. Periode ini merupakan periode yang sangat menyesakkan bagi Ciputra. Namun dengan prinsip hidup yang kuat Ciputra mampu melewati masa itu dengan baik.
Dengan keteguhan hati dan sifat pantang menyerah disertai ”keberuntungan” seperti adanya kebijakan moneter dari pemerintah, diskon bunga dari beberapa bank sehingga ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya bisnis Ciputra dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri
Ketika mula didirikan, PT Pembangunan Jaya cuma dikelola oleh lima orang. Kantornya menumpang di sebuah kamar kerja Pemda DKI Jakarta Raya. Kini, 20-an tahun kemudian, Pembangunan Jaya Group memiliki sedikitnya 20 anak perusahaan dengan 14.000 karyawan. Namun, Ir. Ciputra, sang pendiri, belum merasa sukses. ‘Kalau sudah merasa berhasil, biasanya kreativitas akan mandek’ kata Dirut PT Pembangunan Jaya itu.
Ciputra memang hampir tidak pernah mandek. Untuk melengkapi 11 unit fasilitas hiburan Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta. Proyek usaha Jaya Group yang cukup menguntungkan telah dibangun ‘Taman Impian Dunia’. Di dalamnya termasuk ‘Dunia Fantasi’, ‘Dunia Dongeng’, ‘Dunia Sejarah’, ‘Dunia Petualangan’, dan ‘Dunia Harapan’. Sekitar 137 ha areal TIJA yang tersedia, karenanya, dinilai tidak memadai lagi. Sehingga, melalui pengurukan laut (reklamasi) diharapkan dapat memperpanjang garis pantai Ancol dari 3,5 km menjadi 10,5 km.
Masa kanak Ciputra sendiri cukup sengsara. Lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan di Parigi, Sulawesi Tengah, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dari usia enam sampai delapan tahun, Ci diasuh oleh tante-tantenya yang ”bengis”. Ia selalu kebagian pekerjaan yang berat atau menjijikkan, misalnya membersihkan tempat ludah. Tetapi, tiba menikmati es gundul (hancuran es diberi sirop), tante-tantenyalah yang lebih dahulu mengecap rasa manisnya. Belakangan, ia menilainya sebagai hikmah tersembunyi. ‘Justru karena asuhan yang keras itu, jiwa dan pribadi saya seperti digembleng’ kata Ciputra.
Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam penjara. ‘Lambaian tangan Ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit Ibu tetap terngiang di telinga’ tuturnya sendu. Sejak itu, ibunyalah yang mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi-pagi untuk mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh 7 km. Mereka hidup dari penjualan kue ibunya.
Atas jerih payah ibunya, Ciputra berhasil masuk ke ITB dan memilih Jurusan Arsitektur. Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan berkantor di sebuah garasi. Saat itu, ia sudah menikahi Dian Sumeler, yang dikenalnya ketika masih sekolah SMA di Manado. Setelah Ciputra meraih gelar insinyur, 1960, mereka pindah ke Jakarta, tepatnya di Kebayoran Baru. ‘Kami belum punya rumah. Kami berpindah-pindah dari losmen ke losmen’ tutur Nyonya Dian, ibu empat anak. Tetapi dari sinilah awal sukses Ciputra.
Ciputra telah sukses melampaui semua orde; orde lama, orde baru, maupun orde reformasi. Dia sukses membawa perusahaan daerah maju, membawa perusahaan sesama koleganya maju, dan akhirnya juga membawa perusahaan keluarganya sendiri maju. Dia sukses menjadi contoh kehidupan sebagai seorang manusia. Memang, dia tidak menjadi konglomerat nomor satu atau nomor dua di Indonesia, tapi dia adalah yang TERBAIK di bidangnya: realestate.
Pada usianya yang ke-75, ketika akhirnya dia harus memikirkan pengabdian masyarakat apa yang akan ia kembangkan, dia memilih bidang pendidikan. Kemudian didirikanlah sekolah dan universitas Ciputra. Bukan sekolah biasa. Sekolah ini menitikberatkan pada enterpreneurship. Dengan sekolah kewirausahaan ini Ciputra ingin menyiapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengusaha.
HUT Perkawinan Ke-60Ciputra dan istri saat menghadiri sebuah acara di Ciputra World Jakarta, bersamaan dengan HUT Ciputra ke-82.
Malam Sabtu (16/8/14) Ciputra yang lebih dikenal dengan sapaan Pak Ci menggelar ulang tahun perkawinannya yang ke-60 bersama sang istri, Dian Sumeler. Perayaan dilangsungkan di Dian Ballroom, Ciputra World 1.
Acara yang berlangsung sejak pukul 18.00 sore ini dipenuhi dengan para tamu undangan dari kolega dan kerabat Ciputra beserta keluarga.
Terlihat Presiden RI ke-3, B.J Habibie hadir di antara para undangan. Terlihat pula Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok beserta istri.
Acara ini bersamaan pula dengan peresmian Ciputra Artpreneur. Peresmiaan ditandai dengan penandatangan prasasti oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Presiden ke-3 RI, B.J Habibie disaksikan undangan dan kalangan media. Setelah itu acara dilanjutkan menuju teater.
Para tamu undangan dihibur dengan penampilan teater perjalanan kisah kasih Ciputra bersama istri.
Penampilan ini diramaikan oleh penyanyi papan atas seperti Titik Puspa. Acara ini dipandu oleh pembawa acara Daniel Mananta dan Becky Tumewu.
Ciputra World Lotte MartSebuah mall baru saja launching pembukaannya pada tanggal 22 Juni 2013 lalu. Mall Ciputra World Lotte Mart berlokasi di Jalan Prof. Dr. Satrio seberang ITC Kuningan-Ambasador. Lokasi yang cukup dekat dari lokasi tempat saya tinggal sehingga pada hari Minggu, 1 hari setelah grand launching saya mencoba untuk menelisik isi mall tersebut dengan penuh penasaran.
Ranch Market identik dengan Carrefour namun barang yang dijualnya adalah barang organik dan tentu lebih mahal. Tidak heran Ranch Market menjadi retailer yang mengisi Ciputra World, mall ini memang disegmentasikan untuk pengunjung berkantong tebal.
Besar dan IMO lebih mewah dari Grand Indonesia (walaupun belum seluruh store buka). Store-store yang ada di mall ini juga brand-brand terkenal dan relatif mahal. Sebuah sepatu pantofel dapat berharga Rp 2.7 juta.
Yang menarik dari mall ini adalah ada tempat atau booth kecil di tengah-tengah mall sebagai hiasan dan memberikan jasa tertentu. Satu booth memiliki beberapa kaleidoskop yang menarik untuk dilihat. Satu booth lainnya memiliki tema musim dingin (winter) dan cocok untuk berfoto-foto ria. Satu booth lainnya memberikan jasa kepada para pengunjung, seorang pelukis karikatur akan melukis karikatur dari pengunjung, entah dengan tambahan pengeluaran atau tidak. Ada pula aksi pesulap jalanan seperti Damian yang benar-benar melakukan sulap live di hadapan beberapa pengunjung. Benar-benar sangat menarik.
Saking ramai dan penuhnya Leko, para pengunjung yang ingin makan disana diharuskan mendaftar waiting list. Puluhan nama sudah menunggu dipanggil dan untungnya tidak lama kemudian kami dipanggil. Di depan restoran Leko ada booth yang menjual kue. Penikmat kuliner dapat mencoba kue tersebut dengan harga 1 potong kue Rp 28.000 tanpa topping dan Rp 29.000 dengan topping. Kue itu harus dimakan dalam waktu 2 jam setelah dikeluarkan dari freezer (setelah membeli) karena akan meleleh jika lebih dari 2 jam.
Biasanya Leko di cabang lain mematok harga untuk menu andalannya iga penyet sebesar kurang lebih Rp 25.000. Namun, di Ciputra World harga iga penyet adalah sebesar Rp 48.000, untuk nasi dipatok sebesar Rp 7.500 per mangkok. Jika anda berkantong tebal, boleh dicoba untuk makan di Samwong Garden lantai 5, di negeri asalnya Korea Selatan biasanya menjamu tamu VVIP atau pejabat.
Salam Sukses!
sangat menarik sejarah GBI Mawar Sharon
BalasHapus